Tutorial, Cerita, Lirik Lagu, Software

ADS

Breaking

Post Top Ad

December 25, 2016

Siang Gantung



          Haloo semuanya. Kali ini aku mau sharing cerita tentang raja yang rakus. Raja ini sangat rakus dalam hal makanan favoritnya. Apapun akan dilakukan untuk mendapatkan makanan favoritnya tersebut. Namun, suatu ketika makanan favoritnya kehabisan stock dan apa yang terjadi?
Cari tau cerita selengkapnya dibawah ini. Selamat menikmati :)

Siang Gantung
            Pada zaman dahulu, konon pernah berdiri sebuah kerajaan di Kalimantan Selatan. Rajanya bernama Sang Hiyang. Wilayah kekuasaannya cukup luas dan sebagian kawasannya terdiri dari daerah perairan. Sesuai dengan alam lingkungannya, mata pencaharian utama penduduknya menangkap ikan dan bertani.
                Meskipun kerajaan itu terkenal sebagai penghasil ikan, namun sang Raja tidak suka menyantap daging ikan. Hanya usus ikan yang baginda sukai. Setiap saat baginda sedang makan, aneka masakan usus ikan harus ada di meja hidangan. Jika tidak, baginda akan marah. Untuk itulah permaisuri menugaskan seorang juru masak khusus yang sesuai dengan selera raja.
                Suatu hari, terjadi paceklik ikan. Para nelayan harus mengayuh rakit kayu setengah hari untuk sampai ke tempat yang diperkirakan ada ikannya. Itupun hasilnya belum memadai. Sulitnya mendapatkan ikan berarti kesulitan juga dalam mendapatkan usus ikan kesukaan sang Raja. Baginda sendiri tak mau tau akan kesulitan itu. Bagi baginda, usus ikan harus tersedia bagaimana pun cara untuk mendapatkannya.
                Suatu pagi, seperti biasa juru masak membersihkan usus ikan di rakit kayu yang digunakan sebagai tempat mandi dan cuci yang biasa didapat di sepanjang sungai. Malang tak dapat ditolak. Ketika ia mengusir gigitan nyamuk yang hinggap di pangkal lengan kirinya dan tidak sengaja menyenggol tempat usus ikan yang sudah dibersihkan. Seluruh isinya tumpah ke sungai. Arus yang deras mempercepat larutnya bahan masakan. Juru masak bingung karena ia tahu persediaan telah habis. Sementara waktu santap raja tak munngkin ditunda.
                Hukuman yang akan diterimanya sudah membayang. Sambil menahan tangis, ia menceritakan peristiwa yang baru saja terjadi kepada suaminya. Sang suami pun termenung. Ia ingat sesuatu ketika ia melangkah di tebing sungai. Dengan cepat ia berbalik ke tempat yang dimaksud.
                Tangannya mengais-ngais tanah di tepian. Dua, tiga ekor cacing tanah yang besar-besar ia raup.Ia terus mengulanginya sampai ia berhasil mengumpulkan cacing segayung mandi.
                “Pulanglah. Dan masaklah ini sebagaimana biasa!” ujarnya kepada istrinya. Pada awalnya istrinya menolak, namun setelah diingatkan akan hukuman yang akan diterima, ia dengan cepat ke dapur memasak makanan untuk sang Raja.
                Santapan pagi untuk sang Raja telah bersedia. Baginda Sang Hiyang dengan lahap menikmati hidangan “usus ikan” yang rasanya lebih nikmat dari biasa. Sebagaimana biasa, seusai makan sang Raja berleha-leha duduk di balai perangin-anginan. Kenikmatan masakan yang beliau santap berkesan di hatinya.
                “Punggawa, panggilkan si juru masak!” kata sang Raja kepada pengawalnya. Ketika dipanggil, seluruh tubuh si juru masak gemetar. Tak diragukan lagi, sang Raja akan menghukumnya. Dengan khawatir dan sangat ketakutan, ia pun datang menghadap raja.
                “Masakanmu pagi ini jauh lebih enak dari biasa, “ puji sang Raja. Namun, pujian itu seperti paku yang dipalukan ke kepalanya. Hati juru masak semakin bergejolak.
                “Benarkah apa yang Paduka katakan?” juru masak bertanya dengan memberanikan diri.
                “Iya benar. Sepertinya engkau telah menemukan usus ikan jenis tertentu sehingga nikmatnya terasa berbeda.” Kata Raja.
                Sejenak, si juru masak menjadi bimbang. Haruskah ia berdusta atau mengatakan yang sebenarnya. Apa juga nanti hukuman yang diterimanya jika ketahuan telah berani membohongi raja. Jika nantinya usus ikan yang asli sudah tersedia dan ternyata kenikmatan yang dirasakan raja berbeda dengan suguhannya pagi tadi, apa juga yang harus diucapkannya? Untuk sebuah kenikmatan, jelas baginda akan terus menuntut.
                Akhirnya, si juru masak memutuskan untuk mengakatan yang sebenarnya. Dengan alasan takut diketahui pihak lain, si juru masak memohon agar ia dapat berbicara berdua saja dengan Raja Sang Hiyang.
                Kemudian, si juru masak pun mengatakan yang sejujurnya. Dia pasrah menerima hukuman. Sang Raja kaget mendengar pengakuan yang jujur dari juru masaknya. Kekagetan sang Raja membuat juru masak menjadi lebih tegang.
                “Haaa.... haaa... haaa... sekantong emas akan kuhadiahkan untukmu.” Kata sang Raja. Si juru masak mendengarnya sebagai: “Ditenggelamkan sampai lemas itu hukumanmu.” Ia pasrah saja. Ia menanti tubuhnya diikat, diseret ke sungai lalu ditenggelamkan di dalam air sampai mati. Akan tetapi, ia tak merasa ada punggawa yang mengikatnya.
                Apalagi menyeretnya. Malah sebaliknya, sebongkah logam emasa dijatuhkan di hadapannya.
                Ternyata Sang Raja tak marah, malah memberinya hadiah. Sambil mengambil hadiah itu, ia berjanji agar terus menghidangkan masakan “usus ikan” yang sangat berkesan di lidah sang Raja secara rahasia.
                Beberapa tahun kemudian, sang Raja semakin rakus menyantap cacing tanah sebagai makanan paling nikmat. Si juru masak dan suaminya akhirnya mendapatkan kesulitan untuk mengumpulkan cacing sesuai keperluan santapan raja. Kesulitan itu dirasakan juga oleh rajanya cacing tanah yang melihat rakyatnya terus menerus menjadi korban kerakusan Raja Sang Hiyang. Raja cacing pun murka dan membalas dendam. Cacing-cacing yang tersisa diperintahkan oleh rajanya untuk berkumpul guna mengadakan pembalasan kepada Raja Sang Hiyang.
                Suatu pagi, Sang Hiyang sangat kaget melihat kumpulan cacing yang sangat banyak merayap, menggeliat memenuhi lantai istananya. Sebagian besar dari binatang itu bergerak dengan lambat tetapi pasti dengan tujuan ke singgasana sang Raja.
                Anehnya, cuma Raja Sang Hiyang yang menyaksikan kejadian itu. Sang Raja berlari kesana kemari sambil berteriak minta tolong. Jubah sang Raja Hiyang telah ditempeli ribuan ekor cacing. Kamarnya juga telah menjadi sarang cacing. Seluruh ruang istana telah menjadi lautan cacing. Tidak ada lagi ruangan kosong yang tak diisi cacing.
                Menjelang matahari terbit, pasukan cacing mengurangi gerakan. Kebanyakan di antara mereka diam sembunyi di tempat teduh. Pada saat itulah Raja Sang Hiyang melompat-lompat melangkah ke luar istana. Selangkah, dua langkah, pasukan cacing masih tak bergerak. Namun, pada langkah yang kelima belas, dengan serempak cacing-cacing bergerak, bergelombang mengikuti langkah sang Raja sambil mengepung.
                Ketakutan Raja Sang Hiyang sudah mencapai puncaknya. Bergegas ia menaiki pohon yang ada di hadapannya. Dengan susah payah, sampailah ia pada sebuah dahan yang tidak seberapa tingginya dari tanah. Dari sanalah ia menyaksikan gumpalan, berupa gerakan pasukan cacing memusatkan penyerangannya, menanti kapan Raja Sang Hiyang turun ke tanah.
                Semalam sudah berlalu. Pasukan cacing masih menghadang. Tiga hari tiga malam sudah dilewati. Pasukan cacing di sekeliling pohon tempat Sang Hiyang berlindung telah menyerupai gundukan tanah. Semakin tinggi dan semakin meninggi. Besok atau lusa tidak mustahil gundukan itu sudah mencapai tempat Raja Sang Hiyang mengamankan diri.
                Ngeri dan ketakutan yang sangat, membuat Raja Sang Hiyang berbuat nekat. Baju disobek dan dibuat tali. Ujungnya diikatkan ke dahan yang lebih atas. Ujung paling bawah diikatkan ke leher.
                Esoknya, kerajaan menjadi gempar. Baginda Sang Hiyang ditemukan menggantung diri di sebatang pohon di belakang istana.
                “Sang Hiyang mati tergantung,” begitu kata pengawal istana yang awal menemukannya. Berita itu cepat menyebar dari mulut ke mulut ke seluruh negeri. Di kawasan yang paling ujung, berita yang terdengar adalah “ Sang Hiyang tergantung” dan selanjutnya berubah menjadi “Siang Gantung.”
*THE END*

Oke itu dia ceritanya, semoga kita dapat mengambil pelajaran dari cerita tersebut ya J Dan jangan lupa ya dishare supaya angka kerakusan di dunia ini berkurang :D Thank you

No comments:

Post a Comment

Post Top Ad

Your Ad Spot

Pages